Senin, 16 Mei 2011

Ikhlas Itu Tak Lagi Memikirkan Untung Rugi...



Manusia diciptakan sebagai makhluk yang memperhitungkan untung rugi. Allah ciptakan surga yang berisi beragam kenikmatan, sebagai imbalan bagi orang yang beramal sholeh. Dengan begitu, manusia akan berpikir bahwa dengan beramal sholeh, dia akan mendapatkan keuntungan. Pun Allah ciptakan neraka dengan beragam siksa, sebagai balasan bagi mereka yang telah berbuat maksiyat dan ingkar kepada perintahNya, sehingga merugilah para pelakunya.

Saya teringat pesan salah seorang guru: "Nak, kerjakanlah sholat dhuha. InsyaAllah Maa waddaaka robbuka wa maa qolaa - Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak pula mebencimu". Dan saya merasakan apa yang beliau katakan itu benar. Selama saya mengerjakan sholat Dhuha, saya merasa bersama Allah. Semua masalah yang menghimpit, alhamdulillah ada jalan keluarnya.

Namun suatu hari saya merasa benar-benar frustasi. Ketika berbagai masalah datang menghampiri secara bertubi-tubi. Ku jalankan sholat dhuha setiap hari, namun rentetan masalah itu malah semakin ruwet. Akhirnya, saya temui guru saya, dan menceritakan perihal keruwetan yang saya alami, sambil setengah protes, karena dengan dhuha-ku kumerasa Allah masih tetap "meninggalkanku".

Dan setelah usai ku bercerita, guru saya tersenyum dan bertanya apakah ada lagi yang ingin saya ceritakan. Saya menggeleng. Beliau berkata: "Nak, sungguh Allah tidak meninggakanmu dan tidak membencimu. Allah semakin menyayangimu, Dia hanya ingin menguji tingkat keikhlasanmu. Nak, Allah berikan iming-iming pahala itu sebagai bahan latihan, agar engkau berlatih menjalankan perintahNya dan akhirnya engkau akan menikmati amalan itu tanpa merasa berat. Namun, amalan itu takkan sempurna tanpa keikhlasan di hatimu. Ikhlas itu tak lagi berpikir untung rugi. Ikhlas adalah sifat agung dari seorang hamba, hingga syaitanpun tak akan menggoda seorang hamba yang ikhlas".

Ilahi lastu lilfirdausi ahla, walaa aqwa 'ala naaril jahiimi

Fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainaka ghafirudz- dzanbil 'adhimi....

Surabaya, 24 Jumadil Awwal 1432

Mengenang Guruku Tercinta, KH. Iskandar, ghofarullahu-lah..