"Bunda, dongengin aku yuk!" rengekan Fata pada bundanya, selalu dan selalu menjelang tidur. Dongeng sebelum tidur jadi agenda setiap malam bunda.
===================================================================
Pendidikan anak mutlak tanggung jawab orang tua. Dongeng bisa menjadi salah satu sarana untuk mendidik anak. Dengan dongeng, kita bisa menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah di samping bisa memberikan hiburan kepada anak.
Dalam dunia global saat ini, telah banyak bermunculan alternatif hiburan bagi anak-anak, terutama yang ditayangkan lewat televisi. Namun terkadang orang tua harus selektif dalam memilihnya. Salah pilih bisa fatal akibatnya, karena walaupun menghibur, tayangan televisi bisa mempengaruhi perkembangan jiwa anak yang cenderung ke sisi negatif.
Sungguh sangat-sangat miris ketika anak-anak kita lebih familiar dengan tokoh-tokoh kartun macam crayon sinchan, sponge bob, atau pokemon. Akan tetapi mereka "blank" ketika ditanya sipa Salahuddin Al-ayyubi, Ashabul Kahfi, atau Khalid bin walid.
Mencermati perkembangan Fata menjadi agenda wajib bagi ayah bunda, karena usia balita merupakan usia emas perkembangan. Konon kepribadian kita saat dewasa dibentuk ketika masih usia balita.
***
Sungguh senang ketika ayah pulang kerja disambut dengan celotehan fata. Walaupun masih cadel Fata sudah pandai bercerita. "Yah, tadi Fata nonton pilem dlagon bal loh, bagus deh yah. Ada Son Goku yang bisa telbang, ada juga Klilin yang botak, tlus ada monstelnya juga. Ih selem banget monstelnya".
Namun dibalik rasa gembira, dalam benak ayah terbersit rasa khawatir. Kekhawatiran jika Fata terlalu mengidolakan tokoh-tokoh yang sebenarnya imajinatif dan jauh dari kesan real. Sangat berbahaya, mengingat pernah ada berita, di AS, ada seorang anak yang mengenakan costum Superman jatuh dari gedung bertingkat. Menurut orang tuanya ia memang terobsesi dengan tokoh tersebut. Hmph, tapi syukur alhamdulillah, setidaknya Fata masih mengenal Muhammad SAW.
Kekhawatiran itu harus segera dijawab dengan memperkenalkan tokoh-tokoh yang nyata, yang pernah hidup di muka bumi, dan patut dicontoh segala tindakan dan perilakunya. Wajib dan tidak boleh ditunda-tunda, Fata harus tahu bagaimana perjuangan Khalid bin Walid, Shalahuddin Al-Ayubi, dan pahlawan Islam lain dalam membela dan mempertahankan agamanya. Di sini ayah akan memperkenalkan pada Fata tentang arti perjuangan. Ayah ingin ketika besar nanti Fata menjadi pemuda yang bermental tangguh.
***
Wuih, ternyata susah banget untuk bisa menjadikan tokoh-tokoh itu berkesan di hati Fata. Tapi ayah tak mau menyerah, ayah harus bisa menjadikan kemasannya menjadi menarik melalui dongeng. Satu hari dicoba, Fata mulai tertarik, dua hari, tiga hari berikutnya Fata semakin menikmati dongengan ayah.
Namun tidak bisa setiap hari ayah mendongeng untuk Fata, ayah harus berbagi tugas dengan bunda. Tapi kendalanya, bunda bilang: "Yah, bunda gak bisa mendongeng" (tweng weng weng weng...)
Trus ayah kasih contoh, teknik mendongeng pada bunda. Tapi bunda bilang: "masih belum bisa yah, susah."
"Bunda, belum dicoba kok sudah bilang susah, dicoba dulu dong".
Akhirnya, di malam berikutnya, bunda menampilkan dongengan perdananya pada Fata. Reaksi Fata?
"Dongengan bunda jelek, gak ada lucu-lucunya."
Ups, ayah benar-benar lupa, dalam dongeng harus diselipkan sedikit humor. Dan malam itu Fata gak mau tidur, sebelum mendengarkan dongeng dari ayah. Padahal saat itu ayah lagi ada di Surabaya. Dan terpaksa ayah mendongeng via telepon.
Sepulangnya dari Surabaya, ayah mampir ke toko buku dan menemukan buku "Ma, Dongengin Aku Yuk!" karya Farida Nuraini. Isinya bagus banget, tentang teknik-teknik mendongeng. Ketika melihat buku itu, comment ayah: "Nah ini dia, pas banget buat bunda!!!".
Sebagai wisudawan terbaik di almamaternya dulu (ciee...), bunda dalam waktu sekejap telah menguasai isi buku itu. Kata bunda: "lihat saja yah, malam ini bunda pasti bisa...!"
Dan hasilnya? Wow luar biasa, Fata ketagihan dengan dongeng bunda.
Dan setiap malam, pasti terdengar rengekan Fata : "Bunda dongengin Fata Yuk....!!!".
===================================================================
Pendidikan anak mutlak tanggung jawab orang tua. Dongeng bisa menjadi salah satu sarana untuk mendidik anak. Dengan dongeng, kita bisa menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah di samping bisa memberikan hiburan kepada anak.
Dalam dunia global saat ini, telah banyak bermunculan alternatif hiburan bagi anak-anak, terutama yang ditayangkan lewat televisi. Namun terkadang orang tua harus selektif dalam memilihnya. Salah pilih bisa fatal akibatnya, karena walaupun menghibur, tayangan televisi bisa mempengaruhi perkembangan jiwa anak yang cenderung ke sisi negatif.
Sungguh sangat-sangat miris ketika anak-anak kita lebih familiar dengan tokoh-tokoh kartun macam crayon sinchan, sponge bob, atau pokemon. Akan tetapi mereka "blank" ketika ditanya sipa Salahuddin Al-ayyubi, Ashabul Kahfi, atau Khalid bin walid.
Mencermati perkembangan Fata menjadi agenda wajib bagi ayah bunda, karena usia balita merupakan usia emas perkembangan. Konon kepribadian kita saat dewasa dibentuk ketika masih usia balita.
***
Sungguh senang ketika ayah pulang kerja disambut dengan celotehan fata. Walaupun masih cadel Fata sudah pandai bercerita. "Yah, tadi Fata nonton pilem dlagon bal loh, bagus deh yah. Ada Son Goku yang bisa telbang, ada juga Klilin yang botak, tlus ada monstelnya juga. Ih selem banget monstelnya".
Namun dibalik rasa gembira, dalam benak ayah terbersit rasa khawatir. Kekhawatiran jika Fata terlalu mengidolakan tokoh-tokoh yang sebenarnya imajinatif dan jauh dari kesan real. Sangat berbahaya, mengingat pernah ada berita, di AS, ada seorang anak yang mengenakan costum Superman jatuh dari gedung bertingkat. Menurut orang tuanya ia memang terobsesi dengan tokoh tersebut. Hmph, tapi syukur alhamdulillah, setidaknya Fata masih mengenal Muhammad SAW.
Kekhawatiran itu harus segera dijawab dengan memperkenalkan tokoh-tokoh yang nyata, yang pernah hidup di muka bumi, dan patut dicontoh segala tindakan dan perilakunya. Wajib dan tidak boleh ditunda-tunda, Fata harus tahu bagaimana perjuangan Khalid bin Walid, Shalahuddin Al-Ayubi, dan pahlawan Islam lain dalam membela dan mempertahankan agamanya. Di sini ayah akan memperkenalkan pada Fata tentang arti perjuangan. Ayah ingin ketika besar nanti Fata menjadi pemuda yang bermental tangguh.
***
Wuih, ternyata susah banget untuk bisa menjadikan tokoh-tokoh itu berkesan di hati Fata. Tapi ayah tak mau menyerah, ayah harus bisa menjadikan kemasannya menjadi menarik melalui dongeng. Satu hari dicoba, Fata mulai tertarik, dua hari, tiga hari berikutnya Fata semakin menikmati dongengan ayah.
Namun tidak bisa setiap hari ayah mendongeng untuk Fata, ayah harus berbagi tugas dengan bunda. Tapi kendalanya, bunda bilang: "Yah, bunda gak bisa mendongeng" (tweng weng weng weng...)
Trus ayah kasih contoh, teknik mendongeng pada bunda. Tapi bunda bilang: "masih belum bisa yah, susah."
"Bunda, belum dicoba kok sudah bilang susah, dicoba dulu dong".
Akhirnya, di malam berikutnya, bunda menampilkan dongengan perdananya pada Fata. Reaksi Fata?
"Dongengan bunda jelek, gak ada lucu-lucunya."
Ups, ayah benar-benar lupa, dalam dongeng harus diselipkan sedikit humor. Dan malam itu Fata gak mau tidur, sebelum mendengarkan dongeng dari ayah. Padahal saat itu ayah lagi ada di Surabaya. Dan terpaksa ayah mendongeng via telepon.
Sepulangnya dari Surabaya, ayah mampir ke toko buku dan menemukan buku "Ma, Dongengin Aku Yuk!" karya Farida Nuraini. Isinya bagus banget, tentang teknik-teknik mendongeng. Ketika melihat buku itu, comment ayah: "Nah ini dia, pas banget buat bunda!!!".
Sebagai wisudawan terbaik di almamaternya dulu (ciee...), bunda dalam waktu sekejap telah menguasai isi buku itu. Kata bunda: "lihat saja yah, malam ini bunda pasti bisa...!"
Dan hasilnya? Wow luar biasa, Fata ketagihan dengan dongeng bunda.
Dan setiap malam, pasti terdengar rengekan Fata : "Bunda dongengin Fata Yuk....!!!".