Kullu mauludin yuladu ‘alal fitrah, fa abawahu yuhawwidanihi au yunasshironihi au yumajjisanihi.
Tiap bayi yang lahir selalu dalam keadaan fitrah (Islam). Adalah tanggung jawab orang tua mengarahkan anak-anaknya agar tetap berada pada jalur fitrah tersebut.
Tauhid ditanamkan kepada anak-anak sejak mereka lahir, yaitu dengan mengumandangkan adzan dan iqomat di telinga kanan dan kirinya.
====================================================================
Suatu sore, ketika ayah sedang bersantai di halaman rumah, tiba-tiba si kecil datang dan berkata: "Yah, coba lihat gambal Fata, bagus nggak?"
"Oh ya bagus sekali sayang, coba cerita ke ayah ini gambar apa?" kata ayah, karena ayah tak tahu apa yang digambar oleh Fata.
Yang ayah lihat cuma coretan-coretan kaya benang kusut, he he, namanya juga anak kecil. Tapi memang perlu diberikan apresiasi untuk anak kesayangan ayah ini, karena bagaimanapun ia telah berani berekspresi, berani mengungkapkan kreativitasnya, bahkan tidak malu menunjukkannya kepada ayah. Ini adalah modal besar bagi perkembangannya di masa yang akan datang, karena banyak sekali kasus anak-anak yang tidak berani mengungkapkan isi hatinya kepada orang tuanya. Apa yang dialami dipendam sendiri, sampai akhirnya ia menyelesaikan masalah dengan bunuh diri. (Nau'dzu billah).
"Oh ini gambal langit yah, ini ada matahali tlus ini ada bulan (padahal matahari dan bulan ga bisa muncul bareng-bareng, he he), tlus di bawahnya ada gambal ayah, bunda, sama fata sedang belmain di taman".
"Oh bagus sekali sayang, sini ayah kasih nilai seratus untuk Fata."
"Hole, hole", kata Fata sambil jingkrak jingkrak kegirangan.
Inilah saat yang tepat memperkenalkan tauhid pada anak. Mengajarkan sesuatu pada anak tidak harus dalam suasana yang formal, seperti yang ada di sekolah. Justru pada saat-saat santai inilah insyaAllah apa yang kita sampaikan lebih mudah di serap.
"Sini sayang duduk sini, di pangkuan ayah. Nah sekarang ayah tanya, Siapa yang menciptakan langit? Hayo siapa sayang? A....."
"Allah, ayah" kata Fata.
"Allah, betul sekali, Allah subhanahu?"
"wata'ala".
"Ih pinter, seratus lagi deh buat Fata, terus kenapa Allah menciptakan matahari, bulan, bintang?" tanya ayah.
Nah, dengan pertanyaan seperti ini, rangsang kreativitas anak untuk menjawab, biarkanlah mereka berpikir. Apapun jawabannya harus kita terima dan kita dukung sepanjang jawaban itu masih berada pada jalur yang benar (tidak ngawur).
"Bial telang yah, gak gelap-gelap lagi. Jangan takut akan gelap....(eee... malah nyanyi, he he)".
"Nah Allah ciptakan itu semua biar tidak gelap, itu tandanya Allah sayang sama kita. Nah, karena Allah sayang sama kita, kita harus ucapkan? Alhamdu...?
"Lillah...."
"Alhamdulillah, betul sekali, seratus lagi buat Fata".
Begitu seterusnya, rangsang anak untuk terbiasa mengucapkan kalimat tayyibah, agar hari-harinya selalu diliputi dzikrullah, selalu ingat kepada Allah. Always Dzikrullah....
Tiap bayi yang lahir selalu dalam keadaan fitrah (Islam). Adalah tanggung jawab orang tua mengarahkan anak-anaknya agar tetap berada pada jalur fitrah tersebut.
Tauhid ditanamkan kepada anak-anak sejak mereka lahir, yaitu dengan mengumandangkan adzan dan iqomat di telinga kanan dan kirinya.
====================================================================
Suatu sore, ketika ayah sedang bersantai di halaman rumah, tiba-tiba si kecil datang dan berkata: "Yah, coba lihat gambal Fata, bagus nggak?"
"Oh ya bagus sekali sayang, coba cerita ke ayah ini gambar apa?" kata ayah, karena ayah tak tahu apa yang digambar oleh Fata.
Yang ayah lihat cuma coretan-coretan kaya benang kusut, he he, namanya juga anak kecil. Tapi memang perlu diberikan apresiasi untuk anak kesayangan ayah ini, karena bagaimanapun ia telah berani berekspresi, berani mengungkapkan kreativitasnya, bahkan tidak malu menunjukkannya kepada ayah. Ini adalah modal besar bagi perkembangannya di masa yang akan datang, karena banyak sekali kasus anak-anak yang tidak berani mengungkapkan isi hatinya kepada orang tuanya. Apa yang dialami dipendam sendiri, sampai akhirnya ia menyelesaikan masalah dengan bunuh diri. (Nau'dzu billah).
"Oh ini gambal langit yah, ini ada matahali tlus ini ada bulan (padahal matahari dan bulan ga bisa muncul bareng-bareng, he he), tlus di bawahnya ada gambal ayah, bunda, sama fata sedang belmain di taman".
"Oh bagus sekali sayang, sini ayah kasih nilai seratus untuk Fata."
"Hole, hole", kata Fata sambil jingkrak jingkrak kegirangan.
Inilah saat yang tepat memperkenalkan tauhid pada anak. Mengajarkan sesuatu pada anak tidak harus dalam suasana yang formal, seperti yang ada di sekolah. Justru pada saat-saat santai inilah insyaAllah apa yang kita sampaikan lebih mudah di serap.
"Sini sayang duduk sini, di pangkuan ayah. Nah sekarang ayah tanya, Siapa yang menciptakan langit? Hayo siapa sayang? A....."
"Allah, ayah" kata Fata.
"Allah, betul sekali, Allah subhanahu?"
"wata'ala".
"Ih pinter, seratus lagi deh buat Fata, terus kenapa Allah menciptakan matahari, bulan, bintang?" tanya ayah.
Nah, dengan pertanyaan seperti ini, rangsang kreativitas anak untuk menjawab, biarkanlah mereka berpikir. Apapun jawabannya harus kita terima dan kita dukung sepanjang jawaban itu masih berada pada jalur yang benar (tidak ngawur).
"Bial telang yah, gak gelap-gelap lagi. Jangan takut akan gelap....(eee... malah nyanyi, he he)".
"Nah Allah ciptakan itu semua biar tidak gelap, itu tandanya Allah sayang sama kita. Nah, karena Allah sayang sama kita, kita harus ucapkan? Alhamdu...?
"Lillah...."
"Alhamdulillah, betul sekali, seratus lagi buat Fata".
Begitu seterusnya, rangsang anak untuk terbiasa mengucapkan kalimat tayyibah, agar hari-harinya selalu diliputi dzikrullah, selalu ingat kepada Allah. Always Dzikrullah....
2 komentar:
ceritanya bagus. tentunya semua apa yang kita lihat dengar dan rasakan akan tergambar oleh cerita yang kita buat bahkan ada yang bilang sedetik bahkan setengah detik apapun katanya itu adalah pengalaman. hidup jangan hanya sekedar tarik nafas buang nafas kalau begitu kita harus tahu cara hidup way of life bukan bagaimana hidup how to life begitu kata orang bijak. Cerita yang mas tayangkan saya kira itulah apa yang mas alami terkadang orang cuek dengan cerita orang hanya dengan sahabatnya yang mengerti apa yang di utarakan. mas kayaknya penulis sejati yang dapat merangkum dari perjalanan hidup Bravo. maaf komentarnya bukan dari seorang yang piawai merangkai kata indah
Thanks Mas udah mau mapir, trm ksh jg atas komennya. Mas Icoel terlalu memuji. Saya rasa tulisannya biasa aja Mas, ga terlalu bagus.
Harapannya yang saya tulis ini kelak bisa saya laksanakan.
Kalau AA' Gym bilang, mulailah dari diri sendiri, nah seperti itu yang insya Allah ingin saya lakukan.
Syukur kalau tulisan saya ini bisa manfaat, tapi semoga Allah tetap menjaga hati ini agar tidak riya dan ujub. Amien...
Sekali lg terima ksh Mas, kapan2 saya mampir lg ke blog mas icoel...
Posting Komentar