Teringat pertanyaan yang dilontarkan seorang kakak kelas. Beliau adalah alumni STPDN. Disiplin ada karena dipaksa atau karena biasa??? Kalau di sekolah kedinasan tersebut disiplin bisa diwujudkan karena adanya paksaan.
Lalu bagaimana cara menanamkan disiplin*) pada anak-anak. Haruskah mereka dipaksa? Penerapan disiplin pada anak-anak memang susah-susah gampang. Mungkin bisa saja kita memaksa mereka untuk berbuat disiplin, akan tetapi dampak yang diakibatkan setelahnya, pasti akan mempengaruhi kejiwaan si anak. Mereka tidak lagi melakukan pekerjaan-pekerjaannya secara sukarela, akan tetapi takut akan ancaman dan hukuman yang akan diterima akibat lalai melaksanakan pekerjaannya.
Pada dasarnya setiap anak bahkan sebagian orang dewasa sangat mengharapkan penghargaan, pujian, imbalan atas hasil kerjanya (tentunya perbuatan yang baik dong... masa mecahin piring juga layak dapat pujian?). Hal ini akan memberikan stimulus untuk terus memacu semangatnya untuk tetap berbuat baik.
Terimakasih banyak untuk mbak Dina (bunda Kirana) yang memberikan tips agar anak disiplin (menghilangkan kebiasaaan buruk). Sebenarnya idenya berasal dari Bu Teti (gurunya Kirana).
Ceritanya begini. Awalnya, Kirana pernah suka bilang, “Cape deeeeh!” Entah menirukan siapa. Pertama sih terasa lucu juga. Tapi lama-lama kok bundanya merasa kesel juga. Tiba-tiba... tanpa mbak Dina sadari kebiasaan itu hilang sendiri. Padahal beliau nggak pernah menegurnya soal ini.
Sampai suatu saat, mbak Dina yang malah bilang, “Cape deeeh!”
Kirana langsung berseru, “Hapus bintangnya!”
Usut punya usut, rupanya, kebiasaan Kirana mengucapkan “cape deh” itu hilang karena di sekolah, Bu Teti suka memberi hadiah bintang di papan tulis. Setiap perilaku baik yang dilakukan anak, dikasih satu bintang (jadi, di papan tulis digambar bintang kecil). Sebaliknya, kalau anak melalukan hal-hal yang kurang sopan, misalnya disuruh sesuatu oleh bu guru malah menjawab “cape deh”, makan sambil berdiri, naik ke meja, dll, bintang yang sudah pernah diraih si anak akan dihapus. Karena sudah menjadi ‘budaya’, maka, yang menjadi pengawas adalah anak-anak sendiri. Jika ada anak yang melakukan perilaku buruk, teman-temannya akan segera berteriak, “Hapus bintangnya!!!”
Ide memberi poin bintang ini juga saya tiru di rumah. Kalau Kirana melakukan satu kebaikan (sholat, ngaji, baca buku), dia akan mendapat satu bintang. Kalau bintangnya sudah 100, bundanya harus memberi hadiah, misalnya buku cerita atau uang buat dimasukin ke tabungan.
TING.... wah cemerlang juga idenya...
Penghargaan, pujian, imbalan sebenarnya tidak harus langsung berupa uang, makanan, mainan atau hal lain yang bersifat materi. Bahkan dengan gambar bintang di papan tulis pun sudah cukup.
Ilmu tanpa amal, bagai pohon tak berbuah... Nah, setelah dapet ilmunya, pengen euy segera dipraktekkan. Objeknya?? he he... Siapa lagi kalau bukan si kecil imut jagoan ayah, Fata...
*) disiplin dalam konteks tulisan ini berarti berbuat baik
3 komentar:
sang penulis spertinya telah memberikan cara yg bgus mndidik anak,apakah telah dipraktekkan sendiri?
namun itu merupakan cara yg baik mendidik ana,dapat dari mn cr sprti itu.bgus untu referensi orang tua.dapat kah ku dapat memeperoleh tips yg lain.
Assalamualaikum, ikut nimbrung nih biasa si anak TK yang ngacamplung; Apa hukuman yang tepat bagi anak jika anak berbuat salah agar tidak terjadi kesalahan pada pola asuh atau perkembangan jiwa anak setelah dewasa . haturnuhun sahabatku.....
@bang ali: subhanallah, bang ali apa kabar? Jazakallah atas kunjungannya... wah biasa saja bang, tips2 ttg mendidik anak sebenere didpt dari sharing2 dg ortu murid2 TPQ, sebagian lagi dpt dari hasil ikut kajian, baca buku, n surfing di internet... utk masalah praktek, bang ali tahu sendiri lah.. he he... insya Allah kalau ada kesempatan akan saya bagi tips2 yg lain...
@A'arif: A',bnyk faktor yang digunakan untuk menentukan hukuman yang tepat kepada anak,di antaranya: usia,kesalahan yang diperbuat,sikon,dsb... kayaknya ada yang lebih mumpuni dalam menjawab pertanyaan A'icoel... silakan A' dicek di http://pustakamawar.wordpress.com/2008/09/20/menghukum-anak
matur suwun A' atas kunjungannya...
Posting Komentar